OLEH:
NERS A 2008
CI KELOMPOK 2
DIARNI
KIKI MAHRITA
AKHMAD YASIR
AMNAH SORAYA
LAMIYA ELLYANI
RYAN RIVANI RHMAN
ARIS MATA ADIYATMA
JAMIATUL BASTANIAH
|
NERS A 2007
KELOMPOK 3
SITI HAMIDAH
FAHRIAN NOOR
MAYRINI YULIANA
ALQIM ALAN SYARI
|
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
MUHAMMADIYAH BANJARMASIN
PROGRAM PROFESI NERS A
2013
SATUAN ACARA PENYULUHAN
GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
Pokok
Bahasan : PGK (Gagal Ginjal Kronik)
Hari/Tanggal : Kamis, 11 April 2013
Tempat : Ruang PDW (Tanjung) RSUD Ulin Banjarmasin
Lama : 30 Menit
Penyaji : Mahasiswa STIKES MB
Program Profesi Ners A
Audiens : Keluarga/ Klien di
Ruang PDW (Tanjung)
A. Tujuan Instruksional
Umum
Setelah
diberikan penyuluhan selama 30 menit, klien dan keluarga diharapkan dapat
mengetahui tentang penyakit GGK.
B. Tujuan Instruksional
Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang penyakit GGK, maka peserta:
a.
Mampu menyebutkan
pengertian penyakit GGK
dengan baik dan benar.
b.
Mampu menyebutkan penyebab penyakit GGK dengan baik dan benar.
c.
Mampu menyebutkan akibat/komplikasi penyakit GGK dengan baik dan benar.
d.
Mampu menyebutkan pencegahan dan penanganan
penyakit GGK dengan
baik dan benar.
C.
Materi
(terlampir)
- Pengertian penyakit GGK
- Penyebab penyakit GGK
- Akibat/komplikasi penyakit GGK
- Pencegahan penyakit
GGK
- Dampak atau kelainan
GGK
D. Media Penyuluhan
-
Leaflet
-
Laptop
-
LCD
E. Kegiatan Penyuluhan
N0
|
WAKTU
|
KEGIATAN PENYULUHAN
|
KEGIATAN
PESERTA
|
METODE
|
1.
|
5 menit
|
Pembukaan:
1.
Mengucapkan salam
2.
Menjelaskan nama dan akademik
3.
Menjelaskan tujuan
penyuluhan
4.
Menyebutkan materi
penyuluhan
5.
Menanyakan kesiapan
audiens
|
1. Menjawab
salam
2. Mendengarkan
|
Ceramah
|
2.
|
10 menit
|
Pelaksanaan:
1.
Penyampaian materi:
a.
Menjelaskan
pengertian penyakit GGK
b.
Menjelaskan penyebab penyakit GGK
c.
Menjelaskan penularan penyakit GGK
d.
Menjelaskan akibat penyakit GGK
e.
Menjelaskan pencegahan dan
penanganan penyakit GGK
2.
Tanya jawab
a.
Memberikan kepada peserta untuk bertanya
|
1. Mendengarkan
2. Bertanya
|
Ceramah
|
3.
|
10 menit
|
Evaluasi:
1.
Menanyakan kembali
hal-hal yang telah dijelaskan mengenai
penyakit GGK
2.
Meminta CT dan CI
untuk memberikan masukan dan saran kepada penyuluhan yang sudah dilakukan
|
1. Menjawab
2. Menjelaskan
3. Memperhatikan
|
Tanya
Jawab
|
4.
|
5 menit
|
Penutup:
1.
Menutup pertemuan dengan
menyimpulkan materi yang telah dibahas
2.
Memberikan salam
penutup
|
1. Mendengarkan
2. Menjawab
salam
|
Ceramah
|
F. Evaluasi:
1.
Peserta mampu
mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh perawat/penyaji.
2.
Peserta mampu menjawab
pertanyaan yang diajukan perawat/penyaji
3. Penilaian
G. Pengorganisasian
1.
Penyaji :
Amnah Soraya
2.
Moderator : Mayrini Yuliana
3.
Notulen :
Kiki Mahrita, Lamiya Ellyani
4.
Observer : Haris Mata Adiatma, Ahmad Yasir
5.
Fasilitator :
Siti Hamidah, Jamiatul Bastaniah
6.
Pembimbing Lahan Paktek : Noorliani, S.Kep, Ns
7.
Pembimbing Akademik : Hiryadi, M.Kep,.Sp.Kom
Noor Amaliah S.Kep, Ns
MATERI PENYULUHAN
GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
Gagal ginjal kronik adalah ginjal
sudah tidak mampu lagi mempertahankan ingkungan internal yang konsisten dengan
kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai. (Suparman, 349)
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari
hampir semua penyakit. Apapun sebabnya dapat menimbulkan perburukan fungsi
ginjal secara progresif. Di bawah ini terdapat beberapa penyebab gagal ginjal
kronik:
1. Tekanan Darah
Tinggi
2. Batu Ginjal
3. Glomerulonefritis
4. Lupus
Eritematosus Sistemik (SLE)
5. Diabetes
Mellitus
6. Nefropati
Toksik (efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan kimia)
7. Penyalahgunaan
analgetik
8. Nefropati
Timbal (pajanan terhadap timbal pada beberapa jenis pekerjaan)
9. Gangguan
kongenital dan herediter
Tanda dan
Gejala
Tanda dan gejala pada penderita
gagal ginjal kronik:
a.
Kardiovaskuler
·
Hipertensi, gagal jantung kongestif,
udema pulmoner, perikarditis.
·
Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
·
Edema periorbital
·
Friction rub pericardial
·
Pembesaran vena leher
b.
Dermatologi
·
Warna kulit abu-abu mengkilat
·
Kulit kering bersisik
·
Pruritus
·
Ekimosis
·
Kuku tipis dan rapuh
·
Rambut tipis dan kasar
c.
Pulmoner
·
Krekels
·
Sputum kental dan liat
·
Nafas dangkal
·
Pernafasan kussmaul
d.
Gastrointestinal
·
Anoreksia, mual, muntah, cegukan
·
Nafas berbau ammonia
·
Ulserasi dan perdarahan mulut
·
Konstipasi dan diare
·
Perdarahan saluran cerna
e.
Neurologi
·
Tidak mampu konsentrasi
·
Kelemahan dan keletihan
·
Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
·
Disorientasi
·
Kejang
·
Rasa panas pada telapak kaki
·
Perubahan perilaku
f.
Muskuloskeletal
·
Kram otot
·
Kekuatan otot hilang
·
Kelemahan pada tungkai
·
Fraktur tulang
·
Foot drop
g.
Reproduktif
·
Amenore
·
Atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)
(Smeltzer & Bare, 2001)
Dampak Masalah
Terhadap Fungsi Sistem Tubuh
Dampak yang terjadi pada gagal
ginjal kronik terhadap sistem tubuh lainnya.
a.
Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea,
muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya zat toksik (amoniak, metal
guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering
pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Disamping itu sering timbul
stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif
hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan kemungkinan terjadi
ulkus peptikum dan kolitis uremik.
b.
Sistem Integumen
Kulit berwarna pucat, mudah lecet,
rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan gatal akibat uremik atau
pengendapan kalsium pada kulit.
c.
Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr
selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal
tanpa disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau
Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik ginjal yang disertai polistemi.
Hemolisis merupakan sering timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik
sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula
disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula terganggu
sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal
Kronik mudah terinfeksi, oleh karena imunitas yang menurun.
d.
Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai
bawah selalu bergerak-gerak (restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar
pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai penurunan kesadaran atau koma.
e.
Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir
selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal
Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiostensin
aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang sering dijumpai akibat
kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang disertai efusi
perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan elektrolit.
f.
Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan
libido, ion fertilitas sering dijumpai pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita
dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai aminore. Toleransi glukosa sering
tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan metabolik vitamin D.
g.
Sistem Pernafasan
Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan
edema pulmonal, kelebihan cairan. Pleuritis mungkin ditemukan, terutama jika
pericarditis berkembang. Kondisi paru-paru uremia dapat menyebabkan pneminia.
Asidosis dapat menyebabkan kompensasi meningkatnya respirasi sebagai usaha
mengeluarkan ion hidrogen.
h.
Sistem Syaraf
Restless leg syndrom yaitu penderita
selalu merasa pegal ditungkai bawah dan selalu menggerakan kakinya. Burning
feet syndrom yaitu rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak
kaki. Ensefalopati metabolik yaitu lemah dan tak bisa tidur, gangguan
konsentrasi tremor. Miopati yaitu kelemahan dan hipotropi otot-otot terutama
otot ekstremitas proksimal.
Pencegahan
Ginjal bisa dicegah
dengan berbagai cara, terutama dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok,
memperhatikan kadar kolesterol, kendalikan berat badan, menghindari kekurangan
cairan dengan cukup minum air putih tidak lebih dari 2 liter setiap hari. Minum air secara
berlebihan justru akan merusak ginjal.
Selain gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada dokter, mintalah pula agar urin diperiksa untuk melihat adanya darah atau protein dalam urin. Yang tidak kalah penting, berhati-hatilah dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti inflamasi non steroid.
Selain gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada dokter, mintalah pula agar urin diperiksa untuk melihat adanya darah atau protein dalam urin. Yang tidak kalah penting, berhati-hatilah dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti inflamasi non steroid.
Komplikasi
a.
Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium
serta malfungsi system rennin angiotensin-aldosteron.
Terjadinya hipertensi pada pasien GGK
disebabkan karena tingginya kadar renin akibat ginjal yang rusak. Tetapi bila
LFG menurun dan jumlah urin berkurang, hipertensi terjadi akibat kelebihan
cairan. Keadaan ini akan menimbulkan keluhan sakit kepala, badan lemah, gagal
jantung bendungan, kejang; sedangkan hipertensi persisten mungkin terjadi
akibat berkurangnya LFG. Pada pasien hipertensi persisten yang tanpa keluhan
harus dievaluasi secara terus menerus untuk mencari adanya kerusakan organ
target. Pemeriksaan oftamologi perlu selalu dilakukan pada pasien hipertensi
persisten, selain itu pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk mencari adanya
hipertrofi jantung kiri.
Pada penyakit GGK yang
progresif, timbulnya hipertensi dapat merupakan akibat langsung dari penyakit
ginjalnya. Pada setiap keadaan hipertensi, kita harus meneliti semua faktor
yang dapat menimbulkan peninggian tekanan darah seperti faktor kardiovaskular,
peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, faktor neurogen, faktor hormonal,
dan faktor renovaskular.
b.
Anemia
Dapat
disebabkan berbagai faktor, antara lain :
a)
Berkurangnya produksi
eritropoetin, sehingga ransangan eritropoesis pada sumsung
b)
tulang menurun.
c)
Hemolisis , akibat berkurangnya masa
hidup eritrosit dalam suasana toksis
uremia.
d)
Defisiensi besi, asam folat, akibat
nafsu makan yang berkurang.
e)
Pendarahan pada saluran pencernaan
dan kulit.
f) Fibrosis
sumsum tulang akibat hiperparatiroid sekunder.
c. Gangguan
keseimbangan elektolit
Akibat
penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diet
berlebihan.
d.
Asidosis metabolik
Akibat
penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk
menyekresikan ammonia (NH3) dan mengabsorsi natrium bikarbonat (HCO3),
penurunan ekskresi fosfat dan juga asam organik lainnya. Asidosis metabolik biasanya
ditemukan pada pasien GGK dengan LFG <25% dari normal, ditandai dengan
penurunan kadar bikarbonat plasma (tCO2 12-15
mEq/L) dan peningkatan senjang anion. Asidosis
metabolik terjadi akibat ketidakmampuan pengeluaran ion hidrogen atau asam
endogen yang dibentuk karena insufisiensi sintesis amonium pada segmen nefron
distal. Meningkatnya senjang anion terjadi akibat retensi anion seperti
sulfat, fosfat, urat, dan hipurat dalam plasma (pada ginjal normal anion ini
diekskresi oleh filtrasi glomerulus). Juga ada bukti yang menunjukkan bahwa
kebocoran bikarbonat ginjal berperan dalam menimbulkan asidosis ini, seperti
pada sindrom Fanconi, asidosis tubular ginjal tipe IV, dan hiperparatiroidisme
sekunder.
Asidosis pada GGK dini (LFG 30-50% normal) lebih sering berupa tipe dengan
senjang anion normal (hiperkloremik) dan sebaliknya pada GGK yang berat (LFG
<20ml/menit/1,73m2) biasanya berupa senjang anion
yang besar. Selain terlibat dalam patogenesis terjadinya gangguan pertumbuhan
dan memperburuk hiperkalemia yang telah ada, asidosis juga menimbulkan keadaan
katabolik pada pasien GGK. Manifestasi klinis asidosis adalah takipneu,
hiperpneu, dan perburukan hiperkalemia.
e. Osteodistropi
ginjal
Akibat klasifikasi metastatik akibat
retensi fosfat,kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal,
dan peningkatan kadar aluminium. Penimbunan asam fosfat mengakibatkan terjadi
hiperfosfatemia dan menyebabkan kadar ion kalsium serum menurun. Keadaaan ini
merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormon lebih banyak agar
ekskresi fosfor meningkat dan kadar fosfat kembali normal. Jadi osteodistrofi
ginjal adalah kelainan tulang pada GGK sebagai akibat gangguan absorpsi
kalsium, hiperfungsi paratiroid, dan gangguan pembentukan vitamin D aktif.
Gejala klinis
osteodistrofi ginjal antara lain gangguan pertumbuhan, gangguan bentuk tulang,
fraktur spontan dan nyeri tulang. Apabila disertai gejala rakitis yang jelas
akan timbul hipotonia umum, lemah otot, dan nyeri otot. Pada pemeriksaan
radiologi dan histologi ditemukan gambaran tulang yang abnormal dengan ciri
khas seperti osteomalasia dan osteofibrosis. Pemeriksaan yang paling sederhana
untuk melihat gambaran osteodistrofi ginjal adalah ujung-ujung tulang panjang
yaitu foto falangs, sendi lutut, dan sendi siku.
f.
Gastrointestinal
Karena pada ginjal kronik setiap
sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia sehingga mengakibatkan terjadinya
anoreksia, mual, muntah, dan cegukan. Mulut dapat
mengalami peradangan dan ulserasi (stomatitis) dan lidah dapat menjadi kering
dan berselaput terkadang parotitis (peradangan kelenjar parotis). Anoreksia,
nausea dan muntah dihubungkan dengan faktor uremikum akibat bau amoniak dari
mulut. Bau amoniak diakibatkan flora normal mulut yang memecah urea dalam
saliva, inilah yang menyebabkan timbulnya bau yang sering disebut halitosis
(fetor uremicus) yang dapat mengubah cita rasa, serta merupakan predisposisi
peradangan / infeksi jaringan, dapat terbentuk tukak pada mukosa lambung dan
usus besar serta kecil, sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang cukup berat.
Akibat dari perdarahan saluran cerna ini sangat serius terjadi penurunan
tekanan darah yang semakin menurunkan GFR, sedangkan darah yang dicerna akan
menyebabkan peningkatan yang tajam dari kadar BUN dan juga menyebabkan anemia.
g.
Neuromuscular
Mengakibatkan
perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkosentrasi, kerutan otot dan
kejang.
h.
Dermatologi
Pruritus
akibat butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit sehingga
mengakibatkan gangguan pada sistem dermatologi berupa gatal-gatal atau
pruritus.
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman
Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-hemodialisa-
transpalasi ginjal.html
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses
Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis
Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC
LEMBAR
PERSETUJUAN
Kelompok : - Ners A 2007 (kelompok 3)
- Ners A 2008
(C1 kelompok 2)
Ruang :
PDW (Tanjung) RSUD Ulin Banjarmasin
Judul :
SAP GGK (Gagal Ginjal Kronik)
Banjarmasin, April 2013
Menyetujui
Pembimbing
Akademik I, Pembimbing
Akademik II,
Hiryadi,
M.Kep,.Sp.Kom Noor
Amaliah S.Kep, Ns
Pembimbing
Klinik,
Noorliani
S.Kep,Ns