Rabu, 10 April 2013

 SATUAN ACARA PENYULUHAN
 GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)







OLEH:

NERS A 2008
CI KELOMPOK 2
DIARNI
KIKI MAHRITA
AKHMAD YASIR
AMNAH SORAYA
LAMIYA ELLYANI
RYAN RIVANI RHMAN
ARIS MATA ADIYATMA
JAMIATUL BASTANIAH
NERS A 2007
KELOMPOK 3
SITI HAMIDAH
FAHRIAN NOOR
MAYRINI YULIANA
ALQIM ALAN SYARI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH BANJARMASIN PROGRAM PROFESI NERS A
2013


SATUAN ACARA PENYULUHAN
GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)
Pokok Bahasan             : PGK (Gagal Ginjal Kronik)
Hari/Tanggal                 : Kamis, 11 April 2013
Tempat                          : Ruang PDW (Tanjung) RSUD Ulin Banjarmasin
Lama                             : 30 Menit
Penyaji                          : Mahasiswa STIKES MB Program Profesi Ners A
Audiens                        : Keluarga/ Klien di Ruang PDW (Tanjung)
A.  Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, klien dan keluarga diharapkan dapat mengetahui tentang penyakit GGK.

B.  Tujuan Instruksional Khusus
Setelah diberikan penjelasan tentang penyakit GGK, maka peserta:
a.    Mampu menyebutkan pengertian penyakit GGK dengan baik dan benar.
b.    Mampu menyebutkan penyebab penyakit GGK dengan baik dan benar.
c.    Mampu menyebutkan akibat/komplikasi penyakit GGK dengan baik dan benar.
d.   Mampu menyebutkan pencegahan dan penanganan penyakit GGK dengan baik dan benar.

C.  Materi (terlampir)
  1. Pengertian penyakit GGK
  2. Penyebab penyakit GGK
  3. Akibat/komplikasi penyakit GGK
  4. Pencegahan penyakit GGK
  5. Dampak atau kelainan GGK

D.  Media Penyuluhan
-          Leaflet
-          Laptop
-          LCD

E.  Kegiatan Penyuluhan
N0
WAKTU
KEGIATAN PENYULUHAN
KEGIATAN PESERTA
METODE
1.
5 menit
Pembukaan:
1.   Mengucapkan salam
2.   Menjelaskan nama dan akademik
3.   Menjelaskan tujuan penyuluhan
4.   Menyebutkan materi penyuluhan
5.   Menanyakan kesiapan audiens

1.    Menjawab salam
2.    Mendengarkan


Ceramah
2.
10 menit
Pelaksanaan:
1. Penyampaian materi:
a.    Menjelaskan pengertian penyakit GGK
b.    Menjelaskan penyebab penyakit GGK
c.    Menjelaskan penularan penyakit GGK
d.   Menjelaskan akibat penyakit GGK
e.    Menjelaskan pencegahan dan penanganan penyakit GGK
2.   Tanya jawab
a.   Memberikan kepada peserta untuk bertanya

1.    Mendengarkan
2.    Bertanya


Ceramah
3.
10 menit
Evaluasi:
1.   Menanyakan kembali hal-hal yang  telah dijelaskan mengenai penyakit GGK
2.   Meminta CT dan CI untuk memberikan masukan dan saran kepada penyuluhan yang sudah dilakukan

1.    Menjawab
2.    Menjelaskan
3.    Memperhatikan


Tanya Jawab
4.
5 menit
Penutup:
1.   Menutup pertemuan dengan menyimpulkan materi yang telah dibahas
2.   Memberikan salam penutup

1.    Mendengarkan
2.    Menjawab salam

Ceramah

F.   Evaluasi:
1.    Peserta mampu mengulangi penjelasan yang telah disampaikan oleh perawat/penyaji.
2.    Peserta mampu menjawab pertanyaan yang diajukan perawat/penyaji
3.    Penilaian



G. Pengorganisasian
1.    Penyaji                                                   : Amnah Soraya
2.    Moderator                                              : Mayrini Yuliana
3.    Notulen                                                  : Kiki Mahrita, Lamiya Ellyani
4.    Observer                                                : Haris Mata Adiatma, Ahmad Yasir
5.    Fasilitator                                               : Siti Hamidah, Jamiatul Bastaniah
6.    Pembimbing Lahan Paktek                    : Noorliani, S.Kep, Ns
7.    Pembimbing Akademik                         : Hiryadi, M.Kep,.Sp.Kom
                                                                 Noor Amaliah S.Kep, Ns
















MATERI PENYULUHAN
GGK (GAGAL GINJAL KRONIK)

Gagal ginjal kronik adalah ginjal sudah tidak mampu lagi mempertahankan ingkungan internal yang konsisten dengan kehidupan dan pemulihan fungsi sudah tidak dimulai. (Suparman, 349)
Gagal ginjal kronik dapat timbul dari hampir semua penyakit. Apapun sebabnya dapat menimbulkan perburukan fungsi ginjal secara progresif. Di bawah ini terdapat beberapa penyebab gagal ginjal kronik:
1.      Tekanan Darah Tinggi
2.      Batu Ginjal
3.      Glomerulonefritis
4.      Lupus Eritematosus Sistemik (SLE)
5.      Diabetes Mellitus
6.      Nefropati Toksik (efek toksik, obat-obatan, dan bahan-bahan kimia)
7.      Penyalahgunaan analgetik
8.      Nefropati Timbal (pajanan terhadap timbal pada beberapa jenis pekerjaan)
9.      Gangguan kongenital dan herediter
Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala pada penderita gagal ginjal kronik:
a.       Kardiovaskuler
·         Hipertensi, gagal jantung kongestif, udema pulmoner, perikarditis.
·         Pitting edema (kaki, tangan, sacrum)
·         Edema periorbital
·         Friction rub pericardial
·         Pembesaran vena leher
b.      Dermatologi
·         Warna kulit abu-abu mengkilat
·         Kulit kering bersisik
·         Pruritus
·         Ekimosis
·         Kuku tipis dan rapuh
·         Rambut tipis dan kasar
c.       Pulmoner
·         Krekels
·         Sputum kental dan liat
·         Nafas dangkal
·         Pernafasan kussmaul
d.      Gastrointestinal
·         Anoreksia, mual, muntah, cegukan
·         Nafas berbau ammonia
·         Ulserasi dan perdarahan mulut
·         Konstipasi dan diare
·         Perdarahan saluran cerna

e.       Neurologi
·         Tidak mampu konsentrasi
·         Kelemahan dan keletihan
·         Konfusi/ perubahan tingkat kesadaran
·         Disorientasi
·         Kejang
·         Rasa panas pada telapak kaki
·         Perubahan perilaku
f.       Muskuloskeletal
·         Kram otot
·         Kekuatan otot hilang
·         Kelemahan pada tungkai
·         Fraktur tulang
·         Foot drop
g.      Reproduktif
·         Amenore
·         Atrofi testekuler
(Smeltzer & Bare, 2001)
Dampak Masalah Terhadap Fungsi Sistem Tubuh
Dampak yang terjadi pada gagal ginjal kronik terhadap sistem tubuh lainnya.
a.       Gangguan pada Gastrointestinal
Dapat berupa anoreksia, nausea, muntah yang dihubungkan dengan terbentuknya zat toksik (amoniak, metal guanidin) akibat metabolisme protein yang terganggu oleh bakteri usus sering pula faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Disamping itu sering timbul stomatitis, cegukan juga sering yang belum jelas penyebabnya. Gastritis erosif hampir dijumpai pada 90 % kasus Gagal Ginjal Kronik, bahkan kemungkinan terjadi ulkus peptikum dan kolitis uremik.
b.      Sistem Integumen
Kulit berwarna pucat, mudah lecet, rapuh, kering, timbul bintik-bintik hitam dan gatal akibat uremik atau pengendapan kalsium pada kulit.
c.       Hematologi
Anemia merupakan gejala yang hampr selalu ada pada Gagal Ginjal Kronik. Apabila terdapat penurunan fungsi ginjal tanpa disertai anemia perlu dipikirkan apakah suatu Gagal Ginjal Akut atau Gagal Ginjal Kronik dengan penyebab polikistik ginjal yang disertai polistemi. Hemolisis merupakan sering timbul anemi, selain anemi pada Gagal Ginjal Kronik sering disertai pendarahan akibat gangguan fungsi trombosit atau dapat pula disertai trombositopeni. Fungsi leukosit maupun limposit dapat pula terganggu sehingga pertahanan seluler terganggu, sehingga pada penderita Gagal Ginjal Kronik mudah terinfeksi, oleh karena imunitas yang menurun.
d.      Sistem Saraf Otot
Penderita sering mengeluh tungkai bawah selalu bergerak-gerak (restlesslessleg syndrome), kadang tersa terbakar pada kaki, gangguan syaraf dapat pula berupa kelemahan, gangguan tidur, gangguan konsentrasi, tremor, kejang sampai penurunan kesadaran atau koma.

e.       Sistem Kardiovaskuler
Pada gagal ginjal kronik hampir selalu disertai hipertensi, mekanisme terjadinya hipertensi pada Gagal Ginjal Kronik oleh karena penimbunan garam dan air, atau sistem renin angiostensin aldosteron (RAA). Sesak nafas merupakan gejala yang sering dijumpai akibat kelebihan cairan tubuh, dapat pula terjadi perikarditis yang disertai efusi perikardial. Gangguan irama jantung sering dijmpai akibat gangguan elektrolit.
f.       Sistem Endokrin
Gangguan seksual seperti penurunan libido, ion fertilitas sering dijumpai pada Gagal Ginjal Kronik, pada wanita dapat pula terjadi gangguan menstruasi sampai aminore. Toleransi glukosa sering tergangu paa Gagal Ginjal Kronik, juga gangguan metabolik vitamin D.
g.      Sistem Pernafasan
Gagal ginjal kronik dapat menyebabkan edema pulmonal, kelebihan cairan. Pleuritis mungkin ditemukan, terutama jika pericarditis berkembang. Kondisi paru-paru uremia dapat menyebabkan pneminia. Asidosis dapat menyebabkan kompensasi meningkatnya respirasi sebagai usaha mengeluarkan ion hidrogen.
h.      Sistem Syaraf
Restless leg syndrom yaitu penderita selalu merasa pegal ditungkai bawah dan selalu menggerakan kakinya. Burning feet syndrom yaitu rasa kesemutan dan seperti terbakar, terutama ditelapak kaki. Ensefalopati metabolik yaitu lemah dan tak bisa tidur, gangguan konsentrasi tremor. Miopati yaitu kelemahan dan hipotropi otot-otot terutama otot ekstremitas proksimal.

Pencegahan
Ginjal bisa dicegah dengan berbagai cara, terutama dengan menerapkan gaya hidup sehat. Berhenti merokok, memperhatikan kadar kolesterol, kendalikan berat badan, menghindari kekurangan cairan dengan cukup minum air putih tidak lebih dari 2 liter setiap hari. Minum air secara berlebihan justru akan merusak ginjal. 
          Selain gaya hidup sehat, lakukan pemeriksaan kesehatan tahunan pada dokter, mintalah pula agar urin diperiksa untuk melihat adanya darah atau protein dalam urin. Yang tidak kalah penting, berhati-hatilah dalam menggunakan obat anti nyeri khususnya jenis obat anti inflamasi non steroid.

Komplikasi
a.    Hipertensi
Akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi system rennin angiotensin-aldosteron. Terjadinya hipertensi pada pasien GGK disebabkan karena tingginya kadar renin akibat ginjal yang rusak. Tetapi bila LFG menurun dan jumlah urin berkurang, hipertensi terjadi akibat kelebihan cairan. Keadaan ini akan menimbulkan keluhan sakit kepala, badan lemah, gagal jantung bendungan, kejang; sedangkan hipertensi persisten mungkin terjadi akibat berkurangnya LFG. Pada pasien hipertensi persisten yang tanpa keluhan harus dievaluasi secara terus menerus untuk mencari adanya kerusakan organ target. Pemeriksaan oftamologi perlu selalu dilakukan pada pasien hipertensi persisten, selain itu pemeriksaan EKG perlu dilakukan untuk mencari adanya hipertrofi jantung kiri.
Pada penyakit GGK yang progresif, timbulnya hipertensi dapat merupakan akibat langsung dari penyakit ginjalnya. Pada setiap keadaan hipertensi, kita harus meneliti semua faktor yang dapat menimbulkan peninggian tekanan darah seperti faktor kardiovaskular, peningkatan tahanan pembuluh darah perifer, faktor neurogen, faktor hormonal, dan faktor renovaskular.
b.      Anemia
                      Dapat disebabkan berbagai faktor, antara lain :
a)    Berkurangnya  produksi  eritropoetin, sehingga ransangan eritropoesis pada sumsung
b)   tulang menurun.
c)    Hemolisis , akibat berkurangnya masa hidup eritrosit  dalam suasana toksis uremia.
d)   Defisiensi besi, asam folat, akibat nafsu makan yang berkurang.
e)    Pendarahan pada saluran pencernaan dan kulit.
f)    Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroid sekunder.
c.       Gangguan keseimbangan elektolit
            Akibat penurunan ekskresi, asidosis metabolik, katabolisme, dan masukan diet berlebihan.
d.      Asidosis metabolik
Akibat penurunan sekresi asam terutama akibat ketidakmampuan tubulus ginjal untuk menyekresikan ammonia (NH3) dan mengabsorsi natrium bikarbonat (HCO3), penurunan ekskresi fosfat dan juga asam organik lainnya. Asidosis metabolik biasanya ditemukan pada pasien GGK dengan LFG <25% dari normal, ditandai dengan penurunan kadar bikarbonat plasma (tCO2 12-15 mEq/L) dan peningkatan senjang anion. Asidosis metabolik terjadi akibat ketidakmampuan pengeluaran ion hidrogen atau asam endogen yang dibentuk karena insufisiensi sintesis amonium pada segmen nefron distal. Meningkatnya senjang anion terjadi akibat retensi anion seperti sulfat, fosfat, urat, dan hipurat dalam plasma (pada ginjal normal anion ini diekskresi oleh filtrasi glomerulus). Juga ada bukti yang menunjukkan bahwa kebocoran bikarbonat ginjal berperan dalam menimbulkan asidosis ini, seperti pada sindrom Fanconi, asidosis tubular ginjal tipe IV, dan hiperparatiroidisme sekunder.
Asidosis pada GGK dini (LFG 30-50% normal) lebih sering berupa tipe dengan senjang anion normal (hiperkloremik) dan sebaliknya pada GGK yang berat (LFG <20ml/menit/1,73m2) biasanya berupa senjang anion yang besar. Selain terlibat dalam patogenesis terjadinya gangguan pertumbuhan dan memperburuk hiperkalemia yang telah ada, asidosis juga menimbulkan keadaan katabolik pada pasien GGK. Manifestasi klinis asidosis adalah takipneu, hiperpneu, dan perburukan hiperkalemia.
e.       Osteodistropi ginjal
Akibat klasifikasi metastatik akibat retensi fosfat,kadar kalsium serum yang rendah, metabolism vitamin D abnormal, dan peningkatan kadar aluminium. Penimbunan asam fosfat mengakibatkan terjadi hiperfosfatemia dan menyebabkan kadar ion kalsium serum menurun. Keadaaan ini merangsang kelenjar paratiroid untuk mengeluarkan hormon lebih banyak agar ekskresi fosfor meningkat dan kadar fosfat kembali normal. Jadi osteodistrofi ginjal adalah kelainan tulang pada GGK sebagai akibat gangguan absorpsi kalsium, hiperfungsi paratiroid, dan gangguan pembentukan vitamin D aktif.
Gejala klinis osteodistrofi ginjal antara lain gangguan pertumbuhan, gangguan bentuk tulang, fraktur spontan dan nyeri tulang. Apabila disertai gejala rakitis yang jelas akan timbul hipotonia umum, lemah otot, dan nyeri otot. Pada pemeriksaan radiologi dan histologi ditemukan gambaran tulang yang abnormal dengan ciri khas seperti osteomalasia dan osteofibrosis. Pemeriksaan yang paling sederhana untuk melihat gambaran osteodistrofi ginjal adalah ujung-ujung tulang panjang yaitu foto falangs, sendi lutut, dan sendi siku.
f.       Gastrointestinal
Karena pada ginjal kronik setiap sistem tubuh dipengaruhi oleh kondisi uremia sehingga mengakibatkan terjadinya anoreksia, mual, muntah, dan cegukan. Mulut dapat mengalami peradangan dan ulserasi (stomatitis) dan lidah dapat menjadi kering dan berselaput terkadang parotitis (peradangan kelenjar parotis). Anoreksia, nausea dan muntah dihubungkan dengan faktor uremikum akibat bau amoniak dari mulut. Bau amoniak diakibatkan flora normal mulut yang memecah urea dalam saliva, inilah yang menyebabkan timbulnya bau yang sering disebut halitosis (fetor uremicus) yang dapat mengubah cita rasa, serta merupakan predisposisi peradangan / infeksi jaringan, dapat terbentuk tukak pada mukosa lambung dan usus besar serta kecil, sehingga dapat menyebabkan perdarahan yang cukup berat. Akibat dari perdarahan saluran cerna ini sangat serius terjadi penurunan tekanan darah yang semakin menurunkan GFR, sedangkan darah yang dicerna akan menyebabkan peningkatan yang tajam dari kadar BUN dan juga menyebabkan anemia.
g.      Neuromuscular
            Mengakibatkan perubahan tingkat kesadaran, tidak mampu berkosentrasi, kerutan otot dan kejang.
h.      Dermatologi
            Pruritus akibat butiran uremik, suatu penumpukan kristal urea di kulit sehingga mengakibatkan gangguan pada sistem dermatologi berupa gatal-gatal atau pruritus.












DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. (2000). Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Edisi 8. Jakarta : EGC
Doenges E, Marilynn, dkk. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta : EGC
http://asuhan-keperawatan-yuli.blogspot.com/2009/11/laporan-pendahuluan-hemodialisa- transpalasi ginjal.html
Long, B C. (1996). Perawatan Medikal Bedah (Suatu Pendekatan Proses Keperawatan) Jilid 3. Bandung : Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan
Price, Sylvia A dan Lorraine M Wilson. (1995). Patofisiologi Konsep Kllinis Proses-proses Penyakit. Edisi 4. Jakarta : EGC
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC




LEMBAR PERSETUJUAN

Kelompok       : - Ners A 2007 (kelompok 3)
-  Ners A 2008 (C1 kelompok 2)
Ruang             : PDW (Tanjung) RSUD Ulin Banjarmasin
Judul                : SAP GGK (Gagal Ginjal Kronik)


                                                                                    Banjarmasin,     April 2013

Menyetujui

Pembimbing Akademik I,                                           Pembimbing Akademik II,


Hiryadi, M.Kep,.Sp.Kom                                           Noor Amaliah S.Kep, Ns

Pembimbing Klinik,


Noorliani S.Kep,Ns