TINJAUAN KEPUSTAKAAN
A. Konsep Dasar Fraktur
a.
Pengertian
Fraktur adalah terputusnya hubungan
normal suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh kekerasan.
(Mansjoer, 2000 : 346).
Fraktur adalah
terputusnya kontinuitas tulang dan tulang rawan. (Engram, 1998 : 266).
Fraktur juga dapat
terjadi karena keadaan patologik dimana sering terjadi pada daerah tulang yang
menjadi lemah oleh karena tumor, degeneratif, dan pada keadaan menopause.
(Price, 1995 : 1184).
Fraktur adalah setiap
retak atau patah pada tulang yang utuh. (Reeves, 2001 : 248).
Fraktur adalah patah
atau gangguan kontinuitas tulang. (Pusdiknakes, 1995 : 75).
Berdasarkan beberapa
pengertian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa fraktur adalah putusnya hubungan normal dari tulang baik
hanya retak maupun sampai patah yang disebabkan oleh kekerasan, tumor,
degeneratif, dan pada keadaan menopause.
2.
Klasifikasi Fraktur
Fraktur dapat diklasifikasikan berdasarkan patahnya, integritas
kulit, lokasi, bentuk dan patahan serta status kelurusan, adapun jenis fraktur
yang biasanya pada fraktur adalah :
a.
Fraktur Tertutup (closed fracture) :
Fraktur yang tidak menyebabkan robeknya
kulit. (Reeves, 2001 : 298).
b.
Fraktur Terbuka (open fracture)
:
Tulang mengalami
fraktur, kulit terbuka dan banyak jaringan lunak yang dapat mengalami trauma.
(Rachmadi, 1993:79).
Komplit (complete) :
Retak atau patah tulang yang luas dan
melintang melalui seluruh penampang tulang sehingga patahan tulang terpisah
antara satu dengan lainnya.
c.
Tidak komplit (incomplete) :
Garis patah tidak melewati seluruh
penampang tulang.
d.
Kominuvita :
Fraktur yang mempunyai lebih dari dua
fragmen dan saling berhubungan.
e.
Transverse :
Fraktur luas tulang melintang dari tulang, menyilang kedua korteks.
f.
Oblique
Fraktur yang mempunyai
arah miring.
g.
Greenstick :
Keretakan pada salah
satu sisi dari tulang yang dikarenakan pembengkakan parsial.
h.
Multiple
Garis patah lebih dari
satu tetapi pada tulang yang berlainan tempatnya.
3.
Penyebab Fraktur
Fraktur dapat ditimbulkan oleh beberapa macam, antara lain :
a.
Trauma langsung
Trauma langsung menyebabkan fraktur pada titik terjadinya kekerasan
itu, misalnya tulang kaki membentur bumper mobil, maka tulang akan patah tepat
di benturan.
b.
Trauma tidak langsung
Trauma tidak
langsung menyebabkan patah tulang di tempat yang jauh dari terjadinya
kekerasan, misalnya jatuh dengan telapak tangan sebagai penyangga, maka dapat
menyebabkan patah pada pergelangan tangan dan tulang lengan bawah.
c.
Trauma ringan
Trauma yang dapat
mengakibatkan fraktur bila tulang itu sudah rapuh, biasanya terjadi pada
lansia.
Penyebab lain yang bisa membuat tulang
menjadi patah adalah karena penyakit yang menyebabkan tulang menjadi rapuh
seperti pada tumor baik primer maupun tumor metastasis. Juga pada wanita yang
sudah menopause mempunyai resiko tinggi mengalami fraktur termasuk lansia dengan
masalah osteoporosis. (Price, 1995 : 1184).
Berdasarkan beberapa penyebab diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa penyebab fraktur adalah trauma, penyakit seperti
tumor dan pada wanita menopause.
4.
Patofisiologi
Tulang “dipegang” secara relatif kuat
pada posisi anatomisnya yang normal oleh bentuknya. Otot yang mengelilingi
tulang sepanjang batangnya juga menciptakan perlindungan. Tetapi, jika suatu
daya yang kekuatannya lebih superior daripada tulang, otot, tendon dan ligamen
diterapkan secara langsung maupun tidak langsung, maka daya tersebut akan
menyebutkan jaringan “melawan” atau menantangnya. Jika tulang tidak mampu
melawan kekuatan, maka tulang akan patah.
Trauma pada tulang tibia dan fibula baik
secara langsung ataupun tidak langsung dapat terjadi fratur baik itu tertutup
ataupun terbuka. Menimbulkan kerusakan
kulit (pada fraktur terbuka), edema jaringan, perdarahan, emboli lemak yang
akan mempengaruhi perfusi jaringan, menekan saraf perifer, ketidakadekuatan
sirkulasi mengakibatkan nyeri,
penurunanan sensasi (kebas, kesemutan), hipotensi dan penurunan kesadaran,
syok, keterbatasan/kehilangan fungsi pergerakan dimana akan timbul respon
berupa intoleransi aktivitas, perubahan perfusi jaringan, kerusakan mobilitas
fisik, kerusakan intergritas kulit.
5.
Proses
Penyembuhan Tulang
Jika tulang mengalami fraktur, beberapa
atau seluruh peristiwa di bawah ini terjadi sebagai rangkaian dari trauma.
Peristiwa – peristiwa tersebut terjadi sesudah injury tetapi terus berlangsung
selama beberapa minggu, bulan bahkan tahun, pada situasi tertentu sampai
peristiwa tersebut lengkap.
a
Tingkatan – tingkatan pertumbuhan tulang sebagai berikut :
1)
Hematoma Formation (Formasi
Hematoma)
2)
Konsolidasi
3)
Granulasi
4)
Callus Formation
5)
Remodelling
b
Penyembuhan tulang itu sendiri tergantung pada :
1)
Fraktur lokal / setempat
Tingkat keparahan injury, suplai nutrisi, besarnya “gap” atau
jembatan tulang, tingkat imobilisasi, infeksi atau nekrosis sel – sel tulang,
tipe fraktur dimana fraktur tulang rawan lebih cepat disembuhkan daripada
fraktur pada tulang keras karena adanya darah dan pembekuan darah dalam jumlah
yang lebih banyak pada tulang keras.
2)
Faktor – faktor sistemik
Usia, penyakit–penyakit seperti Diabetes Melitus dan
ketidakseimbangan hormon, stress, imobilitas, mobilitas pada tulang yang
terfraktur.
c
Beberapa faktor yang menghambat pertumbuhan callus adalah:
1)
Union adalah bila patah tulang
tidak sembuh dalam periode penyembuhan yang disebabkan callus terputus atau
remuk karena aktivitas berlebihan, udem pada lokasi fraktur yang menghalang
atau menghambat penyaluran nutrisi, imobilisasi yang tidak efisien, infeksi
terjadi pada lokasi dan kondisi gizi yang buruk.
2)
Non Union adalah bila
penyembuhan tulang tidak terjadi walaupun telah memakan waktu yang lama yang disebabkan
oleh terlalu banyak tulang yang rusak pada cedera sehingga tidak ada yang
menjembatani fragmen, terjadi nekrosa karena tidak ada aliran darah, anemi,
ketidakseimbangan endokrin, atau penyebab sistemik lainnya.
6.
Tanda dan Gejala
Nyeri pada daerah yang
patah, tampak adanya kelainan bentuk (deformity), anggota tubuh yang terkena
akan mengalami gangguan fungsi (tidak dapat digerakkan) dan perubahan warna
(hematoma), krepitasi, udem setempat (tidak jelas dalam beberapa jam).
7.
Komplikasi yang ditimbulkan fraktur
Shock, sidroma
embolisme lemak, sindroma kompartemen, nekrosis tulang avaskuler,
osteomyelitis, gangren gas, borok akibat tekanan (“Pressure Sores”)
8.
Pemeriksaan / Pengkajian.
a.
Anamnesis
Bila tidak
terdapat riwayat trauma, berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci
kapan terjadinya, dimana, jenis berat ringan trauma, posisi pasien atau
ekstremitas yang bersangkutan.
b.
Pemeriksaan Status Lokalis
Tanda – tanda klinis pada fraktur
seperti :
1)
Look, cari apakah terdapat
deformitas seperti penonjolan yang abnormal, angulasi, rotasi, dan pemendekan,
functio laesa (hilangnya fungsi).
2)
Feel, apakah terdapat nyeri
tekan, udem, atau adanya massa .
3)
Move, untuk mencari krepitasi,
terasa bila fraktur digerakkan, pemeriksaan ini sebaiknya tidak dilakukan
karena menambah trauma, nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun
pasif, seberapa jauh gangguan fungsi, gerakan yang tidak mampu dilakukan, ROM,
dan kekuatan.
c.
Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan
komplikasi umum seperti syok pada fraktur multiple, fraktur pelvis, fraktur
terbuka, tanda – tanda sepsis pada fraktur terbuka yang mengalami infeksi.
d.
Pemeriksaan Status Sirkulatori
dan Neurologis
Setelah bagian yang retak di
immobilisasi dengan baik, maka dilakukan pemeriksaan status sirkulatori dan
neurologis yaitu 5 P antara lain Pain (rasa sakit), Paloor (kepucatan/perubahan
warna), paralisis (kelumpuhan/ketidakmampuan untuk bergerak), parasthesia (rasa
kesemutan) dan pulsessness (tidak ada denyut nadi) untuk menentukan status
neurovaskuler dan fungsi motorik pada bagian distal fraktur.
e.
Pemeriksaan dengan Rontgen
(sinar X)
9.
Penatalaksanaan
Pentingnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap jalan
napas (airway), proses pernapasan (breathing), dan sirkulasi (circulation),
apakah terjadi syok atau tidak. Bila sudah dinyatakan tidak ada masalah lagi,
baru dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara terperinci. Waktu
terjadinya kecelakaan penting ditanyakan untuk mengetahui berapa lama sampai di Rumah Sakit, mengingat golden
period 1 – 6 jam. Bila lebih dari 6 jam, komplikasi infeksi semakin besar.
Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisis secara cepat, singkat, dan lengkap.
Kemudian, lakukan foto radiologi, pemasangan bidai dilakukan untuk mengurangi
rasa sakit dan mencegah terjadinya kerusakan yang lebih berat pada jaringan
lunak selain memudahkan proses pembuatan foto.
Pengobatan fraktur tertutup bisa konsevatif atau
operatif.
a.
Terapi konservatif, terdiri
dari :
1)
Proteksi saja.
2)
Imobilisasi saja tanpa
reposisi.
3)
Reposisi tertutup dan fiksasi
dengan gips.
4)
Traksi, untuk reposisi secara
perlahan.
b.
Terapi operatif, terdiri dari :
1)
Reposisi terbuka, fiksasi
interna.
2)
Reposisi tertutup dengan
kontrol radiologis diikuti fiksasi eksterna.
Tindakan pada fraktur terbuka sebelum 6 – 7 jam (golden
period). Bersihkan luka, tindakan debridemen, berikan toxoid anti tetanus serum
(ATS) atau tetanus human globulin. Berikan antibiotik untuk kuman gram positif
dan negatif dengan dosis tinggi. Luka fraktur terbuka selalu dibiarkan terbuka
dan bila perlu ditutup1 minggu kemudian setelah edema menghilang (secondary
suture) atau dapat juga hanya dijahit situasi (jahit luka jarang) yang berguna
meminimalkan kontaminasi luka, fiksasi fragmen fraktur dan mengurangi perdarahan.
Adapun metode
penanganan fraktur yang lain adalah :
a.
Penanganan dengan Traksi
1)
Pengertian
Traksi adalah penerapan
tenaga / daya pada kulit, otot, dam tulang untuk membantu reduksi fraktur,
memegang tulang-tulang yang direduksi agar bersatu untuk penyembuhan, meredakan
rasa nyeri dan spasme otot, serta mengadakan tarikan yang cukup pada otot dan
tulang untuk mengurangi tekanan pada saraf spinal peritenal.
2)
Jenis-jenis Traksi
Jenis traksi yang
digunakan untuk fraktur kruris adalah traksi skeletal dikombinasikan dengan pemasangan pen
Steinmann pada distal dan proksimal tibia dan fibula.(Gambar 5) dan untuk
fraktur antebrachi dengan lateral skeletal traction (over head).
3)
Perawatan Traksi
Mempertahankan tarikan
konstan dalam garis dengan deformitas, mempertahankan tali dan penariknya,
beban tergantung bebas diatas penarik, observasi sisi pemasangan adanya tanda
infeksi
b.
Penanganan dengan Gips
1)
Pengertian
Gips adalah struktur
yang keras dan terbuat dari material plester, fiberglass atau plastik, yang
digunakan untuk mengimobilisasi jaringan muskuloskeletal setelah terjadi
injury. (Rachmadi, 1993 : 135).
2)
Jenis –jenis Gips
Jenis gips yang
digunakan pada fraktur kruris adalah :
a)
Long Leg Plester
Balutan gips dari metatarsophalangeal sampai proximal paha.
b)
Short Leg Cast
Balutan gip dari
metatarsophalangeal sampai distal paha, jenis gips yang sering digunakan.
Jenis gips yang digunakan untuk fraktur antebrachi adalah long arm
cast dan short cast .
3)
Perawatan Gips
Memantau adanya keluhan
nyeri, panas/rasa terbakar, meninggikan ektremitas, gips jangan dipelitur
karena gips adalah material yang porus sehingga udara bisa masuk ke dalam gips,
tekanan dari gips terutama pada tonjolan tulang dan adanya luka jahitan yang
memerlukan perawatan dapat dibuat jendela.
c.
Penatalaksanaan Obat-obatan
Pemberian obat-obatan
seperti : analgesik – narkotik, analgesik – antipiretik, transquilizer, agen
antiinfektif, sedatif – hipnotik.
d.
Supportif
Pemberian kompres es
untuk mengurangi perdarahan dan udem, meninggikan ekstremitas yang terkena, gunakan “sling”
atau “splint” untuk mengurangi kerusakan pada jaringan yang berdekatan, opname
jika mungkin, diet seimbang dan infus.
B.
Konsep Dasar Asuhan Keperawatan.
Proses keperawatan adalah suatu proses pemecahan masalah yang
dinamis selama upaya memperbaiki atau memelihara klien sampai betarap optimum
melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal atau membantu kebutuhan
klien.
Proses perawatan adalah cara yang teratur dan sistematis dan
menentukan masalah serta memenuhi kebutuhan klien.
1.
Pengkajian
Pengkajian adalah langkah awal dan dasar dalam proses keperawatan
dimana suatu data dan informasi dikumpulkan untuk menentukan masalah kesehatan
atau keperawatan baik aktual ataupun potensial.
Pada langkah ini data yang diperlukan pada klien tersebut adalah :
a.
Identitas klien meliputi, nama,
umur, pekerjaan , agama, alamat, pendidikan terakhir , No. Register dan
diagnosa medis.
b.
Identitas penanggung jawab
meliputi ; nama, umur, pekerjaan , agama, alamat dan hubungan dengan klien.
c.
Riwayat penyakit.
1)
Keluhan utama : Biasanya klien
mengalami fraktur terbuka atau tertutup
akan mengeluh rasa nyeri atau sakit terlebih saat digerakan.
2)
Riwayat penyakit sekarang ;
biasanya klien mengalami suatu trauma seperti kecelakaan lalu lintas , jatuh
terpukul dan sebagainya disamping itu perlu ditanyakan beberapa lama sudah
terjadi.
3)
Riwayat penyakit dahulu ;
ditanya penyakit penyerta dan kondisi yang memberatkan seperti : DM, jantung,
hypertensi, kerapuhan tulang dan sebagianya.
4)
Riwayat penyakit keluarga : hal
ini tidak terlalu berhubungan dengan keadaan klien yang ,mengalami fraktur.
5)
Pengakajian fisik.
-
Inspeksi : Meliputi data
tingkat kesadaran klien, keadaan umum, dan pada daerah yang terinjuri atau
mengalami fraktur misalnya edema, adanya peradangan ,luka, sianosis dan apakah
terdapat dislokasi dan klien tampak gelisah.
-
Palpasi : untuk mengetahui
peningkatan suhu tubuh , turgor kulit dan penekanan pada exstremitas yang
mengalami fraktur apakah ada terdapat rasa nyeri.
-
Auskultasi : untuk mendengarkan
peristaltik pada abdomen , bunyi pernafasan dan bunyi jantung.
-
Prosedur diagnostik : Pada
pemeriksaan laboratorium yang perlu dikaji adalah darah lengkap ( Hb, leukosit,
eritrosit , LED , dll ).
-
Perkusi : untuk menegtahui
bunyi tympani apabila terdapat kembung pada abdomen.
2.
Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan merupakan kesimpulan yang dibuat oleh perawat
berdasarkan data yang telah dikumpulkan mengenai respon klien terhadap
penyakitnya, baik perawatan yang aktual maupun potensial. Pada klien yang
mengalami fraktur terbuka atau tertutup pada femur adalah dilakukan
immobilisasi, maka diagnosa yang ditegakkan adalah sebagai berikut :
a.
Nyeri berhubungan dengan adanya
fraktur terbuka / tertutup pada femur
dextra / sinistra.
b.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan nyeri dan peradangan.
c.
Cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan klien tentang prosedur dan tindakan operasi.
d.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan fraktur terbuka.
3.
Rencana perawatan
Dalam memenuhi kebutuhan klien perawat perlu memikirkan cara
pemenuhan kebutuhan klien tersebut sehingga dalam pemenuhan ini perawat
hendaknya merencanakan tindakan yang ingin dilaksanakan untuk memenuhi
kebutuhan klien. Adapun rencana perawatan yang akan dilaksanakan adalah sebagai
berikut :
Pre Op :
a.
Nyeri berhubungan dengan
fraktur terbuka / tertutup pada femur.
Tujuan : Rasa nyaman
terpenuhi dengan kriteria nyeri berkurang atau hilang.
Intervensi : -
Observasi type nyeri
-
Beri posisi yang nyaman
-
Beri kompres es pada daerah
fraktur
-
Beri analgetik sesuai terapi
b.
Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan adanya nyeri dan peradangan.
Tujuan : Pasien dapat mempertahankan atau meningkatkan
mobilitasnya.
Intervensi : -
Dorong klien untuk melakukan latihan ROM aktif maupun pasif.
-
Beri bantuan untuk pemenuhan
gizi sehari-hari.
-
Beri nutrisi yang adekuat.
-
Libatkan keluarga klien dalam
pemenuhan ADL.
c.
Cemas berhubungan dengan kurang
pengetahuan tentang prosedur dan tindakan operasi.
Tujuan : Rasa cemas
klien hilang atau berkurang.
Intervensi : -
Observasi keadaan klien dan tingkat kecemasan
-
Berikan penjelasan dan
pengertian tentang proses penyembuhan klien
-
Pertahankan lingkungan yang
tenang.
d.
Gangguan integritas kulit
berhubungan dengan fraktur terbuka.
Tujuan : Gangguan integritas kulit tidak terjadi
Intervensi : -
Rawat luka klien secara aseptik dan antiseptik.
-
Observasi tanda-tanda infeksi
-
Berikan obat antibiotik sesuai
terapi
1 komentar:
God job
Posting Komentar